Namun menurut pengakuan dari masyarakat, letak rumah saat ini bukanlah dilokasi awal didirikannya melainkan sudah tiga kali mengalami pemindahan lokasi. Selain itu, bangunan rumah ini pun bukan lagi bangunan awal, namun telah mengalami beberapa perubahan pada bagian-bagian tertentu. Hanya saja rumah ini masih tetap mirip dengan perawakan bangunan aslinya.
Namanya Bola Soba atau dalam bahasa bugis diartikan sebagai Rumah Persahabatan, rumah dengan panjang 39,45 meter ini terdiri dari empat bagian utama, yakni lego-lego (teras) sepanjang 5,60 meter, rumah induk 21 meter, lari-larian atau selasar penghubung rumah induk dengan bagian belakang 8,55 meter serta bagian belakang yang diperuntukkan sebagai ruang dapur 4,30 meter.
Bola Soba Bone
Jika dilihat secara sepintas, rumah ini tidaklah seistimewa rumah adat pada umumnya yang memiliki banyak koleksi benda-benda peninggalan sejarah. Namun, hanya berupa rumah panggung tradisional ala masyarakat bugis. Tampilan disekitarnya pun hanya berupa gapura dan papan pengenal atau papan nama.
Bola Soba Bone
Selain itu, di bagian ruangan yang lain terdapat bangkai meriam tua, potret Arung Pallakka, silsilah raja-raja Bone, serta beberapa benda-benda tertentu yang sengaja disimpan pengunjung sebagai bentuk melepas nazar.
Salah satu ciri dan keunikan dari rumah ini karena memiliki lima singkap atau sering disebut dalam bahasa bugis timpa’laja. Jumlah timpa’ laja ‘ atau singkap bukan tanpa alasan namun jumlah ini menetukan strata dari struktur kerajaan. Sehingga saat menjadi kediaman putra raja, jumlah singkap rumah ini dirubah menjadi empat. Dimana lima singkap diperuntukkan untuk raja dan empat singkap diperuntukkan untuk anak raja.
Bola Soba Bone
Selain itu, rumah ini juga pernah difungsikan sebagai istana sementara Raja Bone pada masa pemerintahan Raja Bone ke-31, La Mappanyukki padatahun 1931, menjadi markas Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS), menjadi asrama TNI pada tahun 1957 hingga kemudian dijadikan sebagai bangunan peninggalan purbakala.